Indahnya saling ber“MAAF”an
Maaf, sebuah kata yang terkadang sulit untuk diucapkan dan dilakukan. Sesungguhnya kesalahan adalah suatu hal yang tidak mungkin lepas dari diri manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Setiap manusia memiliki kesalahan (dan) yang paling baik di antara mereka adalah yang bertaubat.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Memaafkan memang bukan suatu hal yang mutlak untuk dilakukan karena tidak setiap kesalahan harus dimaafkan terutama bila berkaitan dengan pelanggaran hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala atau syari’at Islam. Namun di luar kesalahan tersebut, apa yang harus kita lakukan ketika orang yang menyakiti kita meminta maaf? Akankah memaafkannya atau tetap dalam kemarahan kita?
“Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, Sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Asy-Syuura:43)
Sahabatku yang semoga dirahmati Allah, bagaimana menata hati agar mampu memaafkan orang lain?
1. Tenangkanlah diri dan cobalah untuk melihat permasalahan dengan obyektif. Alangkah seringnya kita terbakar emosi dan setelah kemarahan tersebut berlalu, ternyata masalahnya tidak seburuk yang kita pikirkan.
2. Ingatlah bahwa Allah menjanjikan ampunan bagi orang-orang yang memiliki hati yang lapang. Ampunan bagi mereka yang memiliki kasih sayang dan bermurah hati untuk memaafkan kesalahan saudaranya.
“Dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nuur:22)
3. Sesungguhnya balasan bagi orang yang memaafkan dengan ikhlas adalah pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman yang artinya
“Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syuuraa:40)
4. Dalam Surat Ar-Ra’d ayat 22-23 Allah berfirman bahwa balasan bagi orang yang sabar adalah surga, sedangkan berlapang dada adalah bagian dari kesabaran.
5. Ingat bahwa Allah mencintai orang yang pemaaf.
“Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Maa’idah:13)
6. Ketahuilah bahwa balasan bagi sifat pemaaf adalah kemuliaan.
“Allah tidak menambahkan apa pun kepada hamba-nya yang pemaaf kecuali kemuliaan, dan tidak ada balasan bagi seorang yang tawadhu’ kepada Allah kecuali Allah mengangkat (derajat)nya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)
7. Renungkanlah kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada kita dan janganlah mengingat kesalahannya. Seandainya tidak ada satu pun kebaikan pada dirinya, ingatlah bahwa tidak ada manusia yang sempurna selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihatlah ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dengan segera hatinya melunak kepada Abu Bakr padahal beliau adalah orang yang dikenal berkarakter keras.
8. Jauhkanlah pikiran kita dari masalah yang membuat kita sedih atau marah. Sibukanlah diri kita dengan hal bermanfaat sehingga tidak ada waktu untuk larut dalam kepedihan, kekecewaan maupun kemarahan.
Maaf bukanlah paksaan yang tidak akan terlahir kecuali dari hati yang tulus dan tidak akan berbuah pahala kecuali bagi hati yang ikhlash. Wallahu Ta’ala a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar