Minggu, 04 September 2011

Indahnya saling ber“MAAF”an

     Maaf, sebuah kata yang terkadang sulit untuk diucapkan dan dilakukan. Sesungguhnya kesalahan adalah suatu hal yang tidak mungkin lepas dari diri manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Setiap manusia memiliki kesalahan (dan) yang paling baik di antara mereka adalah yang bertaubat.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Memaafkan memang bukan suatu hal yang mutlak untuk dilakukan karena tidak setiap kesalahan harus dimaafkan terutama bila berkaitan dengan pelanggaran hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala atau syari’at Islam. Namun di luar kesalahan tersebut, apa yang harus kita lakukan ketika orang yang menyakiti kita meminta maaf? Akankah memaafkannya atau tetap dalam kemarahan kita?
“Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, Sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Asy-Syuura:43)
Sahabatku yang semoga dirahmati Allah, bagaimana menata hati agar mampu memaafkan orang lain?

1. Tenangkanlah diri dan cobalah untuk melihat permasalahan dengan obyektif. Alangkah seringnya kita terbakar emosi dan setelah kemarahan tersebut berlalu, ternyata masalahnya tidak seburuk yang kita pikirkan.

2. Ingatlah bahwa Allah menjanjikan ampunan bagi orang-orang yang memiliki hati yang lapang. Ampunan bagi mereka yang memiliki kasih sayang dan bermurah hati untuk memaafkan kesalahan saudaranya.
“Dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nuur:22)

3. Sesungguhnya balasan bagi orang yang memaafkan dengan ikhlas adalah pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman yang artinya
“Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syuuraa:40)

4. Dalam Surat Ar-Ra’d ayat 22-23 Allah berfirman bahwa balasan bagi orang yang sabar adalah surga, sedangkan berlapang dada adalah bagian dari kesabaran.

5. Ingat bahwa Allah mencintai orang yang pemaaf.
“Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Maa’idah:13)

6. Ketahuilah bahwa balasan bagi sifat pemaaf adalah kemuliaan.
“Allah tidak menambahkan apa pun kepada hamba-nya yang pemaaf kecuali kemuliaan, dan tidak ada balasan bagi seorang yang tawadhu’ kepada Allah kecuali Allah mengangkat (derajat)nya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

7. Renungkanlah kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada kita dan janganlah mengingat kesalahannya. Seandainya tidak ada satu pun kebaikan pada dirinya, ingatlah bahwa tidak ada manusia yang sempurna selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihatlah ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dengan segera hatinya melunak kepada Abu Bakr padahal beliau adalah orang yang dikenal berkarakter keras.

8. Jauhkanlah pikiran kita dari masalah yang membuat kita sedih atau marah. Sibukanlah diri kita dengan hal bermanfaat sehingga tidak ada waktu untuk larut dalam kepedihan, kekecewaan maupun kemarahan.

    Maaf bukanlah paksaan yang tidak akan terlahir kecuali dari hati yang tulus dan tidak akan berbuah pahala kecuali bagi hati yang ikhlash. Wallahu Ta’ala a’lam.


Puasa di bulan syawal???????apa sih manfaatnya....


KEUTAMAAN PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWAL
Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu 'anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun . (HR. Muslim).
Imam Ahmad dan An-Nasa'i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi shallallahu 'alaihi wasalllam bersabda:
"Puasa Ramadhan (ganjarannya) sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka itulah bagaikan berpuasa selama setahun penuh." ( Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam "Shahih" mereka.)
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadham lantas disambung dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun. " (HR. Al-Bazzar) (Al Mundziri berkata: "Salah satu sanad yang befiau miliki adalah shahih.")
Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa satu tahun penuh, karena setiap hasanah (tebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya, sebagaimana telah disinggung dalam hadits Tsauban di muka.
Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfaat, di antaranya :

1. Puasa enam hari di buian Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.

2. Puasa Syawal dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidak sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya.

3. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan, karena apabila Allah Ta'ala menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan: "Pahala'amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama.
Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.

4. Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di muka- dapat mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lain. Orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada hari Raya'ldul Fitri yang merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa.
Oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba atas pertolongan dan ampunan yang telah dianugerahkan kepadanya adalah dengan berpuasa setelah Ramadhan. Tetapi jika ia malah menggantinya dengan perbuatan maksiat maka ia termasuk kelompok orang yang membalas kenikmatan dengan kekufuran. Apabila ia berniat pada saat melakukan puasa untuk kembali melakukan maksiat lagi, maka puasanya tidak akan terkabul, ia bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya kembali. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali "(An-Nahl: 92)

5. Dan di antara manfaat puasa enam hari bulan Syawal adalah amal-amal yang dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan Ramadhan tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih hidup.

Orang yang setelah Ramadhan berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat kembali dari pelariannya, yakni orang yang baru lari dari peperangan fi sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tidak sedikit manusia yang berbahagia dengan berlalunya Ramadhan sebab mereka merasa berat, jenuh dan lama berpuasa Ramadhan.
Barangsiapa merasa demikian maka sulit baginya untuk bersegera kembali melaksanakan puasa, padahal orang yang bersegera kembali melaksanakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bukti kecintaannya terhadap ibadah puasa, ia tidak merasa bosam dan berat apalagi benci.
Seorang Ulama salaf ditanya tentang kaum yang bersungguh-sungguh dalam ibadahnya pada bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan berlalu mereka tidak bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar:
"Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah secara benar kecuali di bulan Ramadhan saja, padahal orang shalih adalah yang beribadah dengan sungguh-sunggguh di sepanjang tahun."
Oleh karena itu sebaiknya orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu mempercepat proses pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian dilanjutkan dengan enam hari puasa Syawal, dengan demikian ia telah melakukan puasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.
Ketahuilah, amal perbuatan seorang mukmin itu tidak ada batasnya hingga maut menjemputnya. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) " (Al-Hijr: 99)
Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan puasa sunnah serta sedekah yang dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala pada bulan Ramadhan adalah disyari'atkan sepanjang tahun, karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat, di antaranya; ia sebagai pelengkap dari kekurangan yang terdapat pada fardhu, merupakan salah satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba-Nya, sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab dihapusnya dosa dan dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.
Hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan, shalawat dan salam semoga tercurahkan selalu ke haribaan Nabi, segenap keluarga dan sahabatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar